Kamis, 28 November 2013

sistem pembakaran motor diesel


SYSTEM PEMBAKARAN PADA MESIN MOTOR DISEL
Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor. Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi perlahanlahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan sampai mencapai suhu nyala. Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO2, air (= H2O), dan gas SO2, sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Sistem pembakaran mesin diesel
Proses pembakaran dibagi menjadi 4 periode:
a) Periode 1: Waktu pembakaran tertunda (ignition delay) (A -B)
Pada periode ini disebut fase persiapan pembakaran, karenapartikel-partikel bahan baker yang diinjeksikan bercampur dengan udara di dalam silinder agar mudah terbakar.
b) Periode 2: Perambatan api (B-C)
Pada periode 2 ini campuran bahan bakar dan udara tersebut akan terbakar di beberapa tempat. Nyala api akan merambat dengan kecepatan tinggi sehingga seolah-olah campuran terbakar sekaligus, sehingga menyebabkan tekanan dalam silinder naik. Periode ini sering disebut periode ini sering disebut pembakaran letup.
c) Periode 3: Pembakaran langsung (C-D)
Akibat nyala api dalam silinder, maka bahan bakar yang diinjeksikan langsung terbakar. Pembakaran langsung ini dapat dikontrol dari jumlah bahan bakar yang diinjeksikan, sehingga periode ini sering disebut periode pembakaran dikontrol.
d) Periode 4: Pembakaran lanjut (D-E)
Injeksi berakhir di titik D, tetapi bahan bakar belum terbakar semua. Jadi walaupun injeksi telah berakhir, pembakaran masih tetap berlangsung. Bila pembakaran lanjut terlalu lama, temperatur gas buang akan tinggi menyebabkan efisiensi
panas turun.

Gambar 1. Proses pembakaran motor diesel
Teoritis pembakaran sempurna didapat dengan perbandingan udara/BB (Air to fuel ratio) adalah 14,7 dan sering disebut sebagai Stoichiometry dan sering disebut juga sebagai perbandingan Lambda=1.
Air to Fuel Ratio (sering disingkat AFR) > 14,7 disebut sebagai Lean Combustion sedangkan sebaliknya disebut sebagai Rich combustion.
Perhatikan Diagram dibawah ini,

Pada pembakaran ideal sudah disebutkan diatas akan menghasilkan H2O, CO2 serta N2, Namun secara praktis pembakaran pada mesin tidaklah sempurna walau pada mesin dengan technologi tinggi sekalipun.
Elemen penting
1.     Bahan Bakar
Bahan bakar fosil dan bahan bakar organik lainnya umumnya tersusun dari unsur-unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (belerang), P (fosfor) dan unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil, namun unsur-unsur kimia yang penting adalah C, H dan S, yaitu unsur-unsur yang jika terbakar menghasilkan kalor, dan disebut sebagai “bahan yang dapat terbakar” atau “combustible matter”, disingkat dengan BDT. Unsur-unsur lain yang terkandung dalam bahan bakar namun tidak dapat terbakar adalah O, N, bahan mineral atau abu dan air. Komponen-komponen ini disebut sebagai “bahan yang tidak dapat terbakar” atau “non-combustible matter”, disingkat dengan non-BDT.
Secara singkat komposisi bahan bakar padat dinyatakan menurut:
a. Analisis pendekatan (proximate analysis), yaitu kandungannya akan BDT, air, abu.
BDT terdiri dari:
Ø Bahan yang bila terbakar membentuk gas atau uap, yaitu gas CO2, CO, SO2, uap air. Bahan ini disingkat dengan BTG.
Ø Bahan yang jika terbakar tidak membentuk gas, dan pembakaran lebih lanjut terhadap bahan ini menghasilkan kokas. Bahan ini disebut “karbon tetap” atau “fixed carbon” disingkat KT.
Setelah proses pembakaran:
Ø BTG: terbakar menghasilkan gas-gas CO2, CO, SO2, dan uap air yang keluar sebagai gas asap atau gas buang.
Ø Non-BDT: unsur O dan N membentuk gas-gas oksigen (O2) dan nitrogen (N2), dan keluar sebagai gas asap. Komponen abu tetap tinggal di ruang pembakaran, ditampung oleh penampung (“ash pit”), dan keluar sebagai sisa pembakaran (“refuse”) disingakt SB.
Ø KT: terbakar membentuk kokas. Kokas mempunyai kandungan karbon mendekati 100%.
b. Analisis tuntas (ultimate analysis), yaitu komposisi bahan sampai unsurunsurnya, seperti kandungan C, H, O, N, S, abu dan air. Air yang terkandung dalam bahan bakar mencakup:
- air yang menempel secara mekanis,
- air senyawa, yaitu air yang dapat terbentuk jika unsur O dan H dalam bahan-bakar mempunyai perbandingan stoikiometeris.
Bahan bakar cair terdiri dari seyawa hidrokarbon atau campuran beberapa macam senyawa hidrokarbon. Pada minyak bumi, kandungan hidrokarbon terdiri dari C5 sampai C16, meliputi seri parafin, napftena, olefin dan aromatik. Hidrokarbonhidrokarbon tersebut kadang-kadang merupakan senyawa ikatan dengan belerang, oksigen dan nitrogen, yang jumlahnya beragam. Bahan-bahan gas terdiri dari campuran senyawa-senyawa C dan H yang mudah terbakar (CH4, C2H6, C2H4, C2H2, CO, H2 dan lain-lain), serta gas -gas yang tidak terbakar (N2, CO2, SO2). Senyawa C dan H tersebut tidak selalu senyawa hidrokarbon (CO, H2).
1.     Bentuk ruang bakar mesin diesel
Ruang bakar pada motor diesel lebih rumit disbanding ruang bakar motor bensin. Bentuk ruang bakar pada motor diesel sangat menentukan kemampuan mesin, sebab ruang bakar tersebut direncanakan dengan tujuan agar campuran bahan udara dan bahan bakar menjadi homogen dan mudah terbakar sekaligus.
Ruang bakar motor diesel digolongkan menjadi 2 tipe,
yaitu:
a) Tipe ruang bakar langsung (direct combustion chamber)
b) Tipe ruang bakar tambahan (auxiliary combustion chamber)
Tipe ruang bakar tambahan terdapat dalm 3 macam, yaitu:
1). Ruang bakar kamar muka (precombustion chamber)
2). Ruang bakar pusar (swirl chamber)
3). Ruang bakar air cell (Air cell combustion chamber)


b) Ruang bakar tambahan.
1) Ruang bakar muka.
Dalam ruang bakar ini bahan bakar solar disemprotkan ke dalam ruang bakar muka oleh nozzle injeksi. Sebagian bahan bakar yang tidak terbakar di ruang bakar muka didorong melalui saluran kecil antara ruang bakar muka dan ruang bakar utama. Percampuran yang baik dan terbakar seluruhnya berada pada ruang bakar utama.
2) Ruang bakar pusar.
Ruang bakar model pusar ini berbentuk bundar. Ketika torak memampatkan udara, sebagian udara akan masuk ke dalam ruang bakar pusar dan membuat aliran turbulensi. Bahan bakar diinjeksikan ke dalam udara turbulensi dan terbakar di dalam ruang bakar pusar, tetapi sebagian bahan bakar yang belum terbakar masuk ke ruang bakar utama melalui saluran tersebut. Selanjutnya capuran tersebut akan terbakar di tuang bakar utama. Lihat gambar 4.

Gambar 4. Ruang bakar pusar
3) Ruang bakar Air Cell
Pada ruang bakar air cell ini bahan bakar disemprotkan langsung ke dalam air cell dan terbakar langsung di ruang bakar utama. Sebagian bahan bakar yang yang disemprotkan ke air cell dan terbakar, mengakibatkan tekanan dalam air cell bertambah. Bila torak bergerak ke TMB, udara dalam air cell keluar ke ruang bakar utama membantu menyempurnakan pembakaran. Pada ruangbakar ini tidak memerlukan pemanas.
Gambar 5. Ruang bakar Air Cell
4) Penyaluran bahan bakar pada mesin diesel
Berdasarkan uraian tentang prinsip kerja mesin diesel yang membakar bahan bakar berdasarkan suhu kompresi secara bertahap, maka penyaluran bahan bakar pada mesin
diesel harus memenuhi syarat:
(a) Mesin diesel harus mempunyai perbandingan kompresi yang tinggi agar mempunyai suhu dan tekanan kompresi yang tinggi sehingga mampu membakar bahan baker yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Bahan baker mesin diesel mempunyai sifat titik nyalanya tinggi sehingga harus dibuat menjadi partikel atau butiran yang lebih kecil.
(b) Agar bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder mesin diesel dapat mudah terbakar maka diperlukan ruang bakar yang dapat memungkinkan bahan bakar dan udara dapat bercampur secara homogen dalam bentuk partikel yang lebih kecil-kecil dari sebelumnya.
(c) Di samping mesin diesel harus memiliki ruang bakar yang memungkinkan atomisasi bahan bakar, maka bahan baker yang disalurkan ke dalam ruang bakar harus dengan injeksi. Dengan injeksi maka bahan bakar akan berbentuk partikel-partikel atau butiran-butiran yang kecil. Oleh karena itu dalam mesin diesel diperlukan peralatan untuk 17 injeksi yaitu pompa injeksi dan injector (pengabut). Pompa injeksi berfungsi menekan bahan bakar dari tangki ke injector, sedangkan injector berfungsi menyemprotkan
bahan bakar tepat waktu ketika diperlukan pada akhir langkah kompresi.
(d) Berdasarkan 3 hal di atas maka pada mesin diesel diperlukan suatu sistem bahan bakar yang dapat memenuhi syarat agar terjadi pembakaran yang baik. Sistem bahan bakar yang baik harus terdiri dari komponen-komponen yang baik pula.

Rabu, 27 November 2013

CERPEN

SURAT KEPADA SETAN

Karya: Putu Wijaya
I
Hari ini usiaku 60 tahun. Radio mengobral lagu-lagu kebangsaan sejak subuh buta. Tepat pukul sepuluh pagi di lapangan parkir ada upacara menaikkan sang saka merah putih. Anak-anak menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan mengharukan. Sementara rumah-rumah sederhana di sepanjang rel kereta api membuat sungai merah putih yang berliku panjang. Rakyat jelata berlomba naik pohon pinang. Ibu-ibu rumah-tangga tarik tambang. Penyandang cacad bertanding volli duduk. Bapak-bapak main  sepakbola dengan memakai daster. Gadis-gadis kecil berlomba menangkap belut.
Sementara di pemukiman mewah orang-orang masih tidur mendengkur menikmati hari libur. Banyak yang tak mau men gibarkan bendera. Untuk apa kata mereka, apa kibaran bendera satu hari bisa mengubah kebrengsekan yang sudah berkerak puluhan tahun?
Aku sendiri kelaparan. Gusti Allah, kataku bersemedi, apa lagi yang bisa aku ganyang sekarang. Mulutku asem, harus olahraga sebab perutku gembung kebanyakan angin. Aku harus mengunyah, kalau tidak makan badanku lemes. Kalau lemes bagaimana aku bisa jaim?
Tapi aku tidak mau asal kenyang, aku mau  makan enak. Lebih lezat lebih mahal  dari yang dimakan oleh orang lain. Itu baru namanya nikmat. Jadi supaya puas, ukurannya bukan lagi jumlah, itu matematika kuno, sekarang harus nomor satu, pokoknya lebih dari orang lain baru uenak tenan. Karena itu, bukan hanya asal enak, ngapain, mereknya yang lebih penting. Dan merek yang bisa dipercaya hanya yang datang dari mancanegara. Paling sedikit yang dibeli di Singapura. Segala yang impor itu jaminan mutu, buatan Indonesia alah lebih banyak menipu. Makanya korupsi penting, itu sudah profesi yang paling afdol untuk melipatgandakan rezeki. Harga proyek satu juta, bodo kalau ongkos bikinnya tidak bisa diteken jadi sepuluh perak, lainnya digerogoti. Jangan  takut, rakyat sudah biasa ditipu semalam suntuk. Mereka malah ketagihan.
Maaf lagi-lagi aku ngelantur, maklum usia sudah uzur. Buat manusia, 60 tahun bagai mobil yang mau parkir, jalannya x-tra waspada supaya jangan kecebor kali atau digebuk polisi. Tapi buat negara, 60 tahun masih kenceng-kencengnya, bagai pengantin di malam pertama. Bisa tiga kali semalam. Maksudku tiga kali bangun, mungkin bisa empat lima kali. Ada yang mengaku sepuluh kali.  Lho jangan salah, terpaksa bangun karena masih ada saja tamu kasep yang mau kasih selamat.
Jadi bukan soal makan atau tidak, tapi mau makan apa hari ini, Pak, kataku mengadu pada Bupati. Tapi cepat-cepat aku disuruh pergi menjumpai Pak Wali. Dari kantor walikota aku dikirim ke Gubernuran. Sebelum Gubernur menyarankan datang ke Presiden aku ingatkan bahwa Presiden sedang repot mengurus korupsi, jadi lebih baik beliau saja yang berperan. Apa yang bisa aku makan, Bapak Gubernur?
Walah, Ente ini bagaimana, Indonesia kaya-raya, makan saja kok repot, kata Gubernur, sikat saja itu orang-orang tua, para pengemis, penganggur dan anak-anak tanggung yang kerjanya bikin  kerusuhan, sekalian bikin bersih kota, daripada sweeping orang-orang asing atau rumah judi. Itu kan bisa mengurangi pendapatan abdi-abdi negara yang sudah susah-payah mengamankan Anda. Ayo!
Aku kaget. Lho Gubernur, Bapak serius? Jangan berkata begitu. Masak terus-terang mengakui abdi-abdi negara itu melindungi judi. Betul itu? Kalau didengar oleh wartawan, sekarang juga kursi Bapak bisa dicopot! Mereka kan sekarang sudah garang, dan ingat itu bukannya tanggungjawab Bapak juga!
Ha-ha-ha, Guberbur tertawa, aku hanya guyonan katanya sambil menepuk pantatku, maaf bahuku. Ini campur sari. Kalau serius terus, kita bisa cepat mampus, ngurus rakyat yang semuanya mau enak sendiri, itu makan hati. Kalau tidak hati-hati, aku bisa mati berdiri. Jadi terpaksa sedikit pakai komedi. So what gitu lho! Oke jadi Ente datang untuk cari makan?
Iya, Pak, apa lagi! Itu kan bagian tugas Bapak sebagai pemimpin rakyat, bukan hanya urusan perut kami.
Tenang, itu gampang Dik, katanya sambil menunjuk seribu orang TKI yang tidak jadi diekspor ke luar negeri sebagai pembantu karena “N.G”. Itu semua aja ambil. Habis kalau nggak mati, pulangnya babak belur semua seperti Nirmala Bonar. Yang selamat, dipereteli di bandara oleh calop-calo yang kejemnya ngajubilah, lupa bahwa ibunya juga perempuan yang susah cari makan. Itu saja, kata Gubernur, silakan ambil semuanya, habiskan biar nggak jadi makanan koran. Lho ya kan? Koran itu lho, televisi apalagi, edhan sekarang. Makin rusuh beritanya, makin banyak iklannya, makin  tinggi oplagnya, makin nomor satu ratingnya. Namanya juga cari makan.
Lho Bapak kok nyuruh saya makan orang? Itu kan kanibal, Pak. Memangnya saya ikan Arwana? Emangnya saya, Bapak?
Ya itu terserah, ini negeri demokrasi, Bapak kan hanya menunjukkan peluang, silakan berjuang. Mainkan saja bolanya yang sekarang siap ditendang,  aku masih banyak urusan. Jadi mohon diizinkan pamit demi melanjutkan pekerjaan. Masak mentang-mentang pejabat tidak berhak liburan, itu kan perikemanusiaan?!
Sebelum sempat dicegah Gubernur sudah kabur. Lalu seribu perempuan, calon-calon pembantu yang “enji” itu  datang berlari menyerbu. Yaaaaaa! Ya Tuhan, kalau hanya empat, masih bisa kuatasi, ini seribu! Dengan dua ribu tangan yang menggapai-gapai mau menggerayangi barangku, maaf, maksudku menggerayangi tubuhku, minta dilindungi, aku jadi keenakan maksudku kewalahan, lalu tak sadar aku  berteriak supaya mereka jangan ngamuk.
Awasssssss! Jangan terlalu dekat, Mbak, Ibu, Dik, sayang, aku bisa koit, malah nanti tidak bisa melihat! Mundur! Udah ah! Di situ saja, aku sudah tahu kok, jumlah kalian seribu, semuanya sudah kena tipu dan sekarang mau mengadu. Betul nggak? Betul!!!!!   Jawab mereka seru.
Tetapi terus-terang aku belum tahu mesti ngapaian dengan semua kamu. Apa yang bisa beta lakukan kan daku manula yang sudah rongsokan, masak mau duel dengan seribu perempuan yang kelaparan, maksudku tidak punya pekerjaan.
Bukan hanya pekerjaan, kami juga sudah tidak punya kehormatan!
Ya Tuhan, jadi kalian semua sudah tidak perawan?!
Jeger aku ditampar sampai mental. Seribu pasang mata melotot mau membakar mulutku yang sudah becek lepas kontrol.
Kehormatan dan kehormatan itu berbeda Pak, teriak pemimpinnya. Ternyata bekas calonya juga. Yang satu kehormatan di atas erut, yang bernama harga diri. Itu sudah kikis habis karena terpaksa kami gadaikan, tapi tak sanggup menebus agar dikembalikan. Yang lain, kehormatan yang lokasinya di bawah perut ini, tapi itu hari ini tidak kita bicarakan. Kami hanya minta satu saja. Jangan cuma janji mau mensejahterakan, carikan kami pekerjaan buat makan! Tanpa makan bagaimana bisa bertahan? Edhan!
Lho aku sendiri juga mau makan, jangan suruh aku mengurus nasib kalian.
Kalau Bapak juga mau makan, itu namanya lempar batu sembunyi tangan, lalu siapa lagi yang bisa kami harapkan?
Yang lain-lain! Kan banyak. Itu lho para konglomerat!
Ah mana sempat! Semuanya juga mengaku melarat!
Kalau begitu lapor Para Wakil Rakyat!
Apalagi Wakil Rakyat! Mereka sedang baku hantam untuk melindungi rakyat!
Lha kamu kan rakyat?
Bukan!
Ah bukan? Lalu kamu siapa?
Kami perempuan. Perempuan bukan rakyat karena dianggap tidak masuk hitungan! Ya kami selalu dikorbankan! Makanya kami selalu menuntut persamaan!!!! Kalau terus-terusan cuci-tangan tidak mau menghiraukan, kami akan turun tangan!
Tiba-tiba, semuanya membuka pakaian. Waduh aku penggemar gambar porno dan suka nonton penari strip yang sekarang mulai disuguhkan di café. Tapi seribu orang, amit-amit. Apalagi setelah telanjang bulat semua, mereka berlari datang menyerbu. Satu orang, empat orang , aku masih kuat ladeni, tapi ciloko seribu orang, lebih baik aku kabur. Tapi ngibrit ke mana lagi, sekelilingku sudah dikepung, aku akan habis terganyang dalam ronde pertama. Akhirnya aku meloncat keluar yaak dan terbangun dari mimpi.
Ya Tuhan, puji syukur, untung Kau ciptakan alam kesadaran, untuk menyelamatkan diri kalau sudah tidak ketulungan. Aku terbangun dari mimpi buruk. Alhamdulillah. Tapi aduh masih ada dua yang katut, sanggulnya  tersangkut sepatuku lalu  ikut tersembul keluar sambil memegang kakiku. Jangan pegang ini bukan punya kamu. Tapi dia menggigit, aduh pangeran, enak-enak geli tapi aku tidak mau ditarik kembali ke alam mimpi, lalu aku sentakkan, jangan ditarik nanti pedot, dimana cari serepnya nggak ada yang jual, aduh, aduh, aduh, aduh jadi melar ini. Isin aku!  Aku terpaksa menarik dan menyentakkan yaaaaaak! Dan berhasil? Beres! Tapi nanti dulu, celanaku merosot,  celana dalamku ikut melorot merekam tarik. Aku jadi pindang, bebvas tanpa hambatan! Aku berteriak dan mencoba menutupi auratku yang bebas hambatan. Tolonggggggg!
Tiba-tiba aku terkejut. Ternyata, ternyata, maaf nyuwun ngampuro, I am so sorry, tidak ada kata lain yang bisa menggantikan ucapan ini, kemaluanku sudah hilang. Kok bisa hilang ya? Hilang Bang, hilang, padahal tadi masih gagah di sini. Wong aku eman-eman kok. Coba periksa sekli lagi. Ya Tuhan benar blas hilang! Aduh, aduh bagaimana aku bisa hidup tanbpa kemaluan. Jangan-jangan sejak tadi, sejak kemaren-kemaren, sejak 30 tahun, sejak 60 tahun yang lalu, tanpa aku sadari, aku sudah kehilangan kemaluan. Jangan-jangan kita semua memang tidak punya kemaluan lagi.
Coba. Yang jujur aja! Itu yang paling belakang sana coba periksa, jangan tertawa, apa? Masih ada, tapi tinggal separo katanya. Ini yang di depan kelihatan geli, kenapa Mas? Oh! Memang tidak hilang, katanya, tapi sekarang jadi kembar. Lihat ini dua! Waduh bahaya! Kemaluan tidak perlu banyak, satu saja asal yang mantap, karena kalau kebanyakan kita juga repot. Aku juga hanya punya satu, tapi sekarang sudah hilang. O tidak! Sudah ada lagi, tapi ya Tuhan kenapa sekarang bercabang-cabang!
Cabangnya tambah banyak. Di cabangnya tumbuh cabang lagi. Ganas seperti akar tunjang. Panjang-panjang, kenceng lagi. Seperti gurita menggapai-gapai. Dia hidup sendiri. Menjurai ke segala arah. Apa saja mau ditonjok dan dibelit. Ganas dan lapar. Ya Tuhan, aku juga dibelit. Kakiku , seluruh tubuhku dililit. Tanganku tidak lagi berfungsi, otakku juga beku. Hanya mataku dan mulutku yang masih bisa dipakai. Aduh aku sudah dihajar habis oleh kemaluanku sendiri. Tolongggggg!

II
Ini pasti perbuatan Setan. Setanlah yang sudah  bertugas membayang-bayangi kehidupan manusia dengan kegelapan. Dari dulu sampai sekarang, segala malapetaka berasal dari Setan. Setanlah yang sudah membuat negeri ini terpuruk oleh berbagai macam musibah. Krisis ekonomi, kegoncangan politik, separatisme, disintegrasi, narkoba, judi, bom, terorisme, tsunami, bencana banjir, televisi semakin ganas, brutal dan asosial, korupsi dan harga-harga naik lagi! Semuanya karena ulah Setan. Termasuk perselingkuhan. Setan mau menyulap bangsa dan negeri kita ini ini menjadi kerikil yang cakar-cakaran. Dan itu akan kejadian karena kita tidak sanggup melawan Setan. Kita hanya bisa membenci, mengutuk, menghujat dari jauh, tanpa berbuat apa-apa. Setan tidak pernah kalah apalagi menyerah. Apa pun yang kita lakukan pasti sia-sia.
Sudah waktunya kita harus ganti taktik. Sebaliknya dari membenci sebab itu hanya memboroskan enersi, kita harus berhenti membuat jarak, lalu merangkul. Memeluk Setan supaya dia merasa akrab, lalu berjalan bersebelahan, berpegangan tangan, bagai prajurit yang saling setia kawan, sebab kita sama-sama berjuang. Mari bergotong-royong dengan Setan!
Tapi jangan lupa, itu semua hanya taktik dan strategi, bukan tujuan. Begitu Setan lengah dan mulai percaya sama kita, pelan-pelan lehernya kita bekuk, lalu masukkan belati ke tenggorokannya supaya urat nadinya putus. Kita gorok dia supaya tamat riwayatnya, supaya kita benar-benar bebas dan mereka dalam arti yang sesmpurna-sempurnanya.
Yak. Sudah waktunya menulis surat kepada Setan. Sekarang. Jangan ditunda lagi.
“Merdeka! Horas! Sahabat sejati, Setan yang baik hati. Di mana pun kini kau berada, aku menyampaikan salam hormat dan cinta. Mari akhiri permusuhan, bergotong-royong menggarap kesempatan demi masa depan mapan anak-cucu kita seratus keturunan. Selama kita saling dengki dan curiga mencurigai, hasilnya akan kurang mamadai. Masa lalu yang tidak produktif harus diakhiri. Mulai detik ini, kita bahu-membahu, dalam satu barisan yang padu. Semua laba kita bagi rata. Kalau perlu kau sembilanpuluh persen, aku sisanya. Aku tunggu balasanmu secepatnya, Setan!”
Surat aku masukkan ke pos tanpa membubuhkan nama atau pun alamat. Tukang pos pasti tahu ke mana harus dibawa. Siapa yang tidak tahu rumah setan. Kalau toh tukang posnya bego,  setan sendiri pasti akan langsung mengambil surat itu, sebab dia tahu apa yang harus dia lakukan. Namanya juga setan.
Lalu aku menunggu. Berhari-hari, berminggu-minggu, setahun, lima tahun, kalau perlu sampai 30 tahun aku akan tetap setia menanti. Ternyata tidak ada jawaban. Aku panik. Jangan-jangan setan menolak. Jangan-jangan ia sudah tahu akal bulusku mau mengguntingnya dalam lipatan. Jangan-jangan ia sudah di”up-grade”, hingga tidak bisa lagi dikecoh. Setan kan selalu lebih hebat dari manusia. Kenapa aku jadi lupa?
Rasa takut mulai menusuk. Sukmaku bergetar, ngeri kalau-kalau setan menyerang karena merasa terhina. Habis aku sudah memperlakukannya seperti idiot. Sebentar-sebentar kalau ada mobil berhenti di depan rumah, aku panik, siap kabur. Tapi jebulnya itu hanya pegawai negeri yang pulang naik angkot sebelum selesai jam kantornya. Kan Jum’at. Ketakutan makin membengkak aku ngos-ngosan terhimpit. Akhirnya aku coba mengatasi dengan ekstasi, tapi semakin diatasi, semakin menjadi-jadi.
Dengan panik aku mengunjungi psikolog. Tapi alumni mancanegara itu mengulangi lagi nasehat basi, aku harus berpikir positip. Jangkrik. Aku balik ke rumah dan akhirnya berdoa.
“Tuhan, ini tidak adil, aku kan mahluk ciptaanMu. Tak mungkin Kau tidak mencintai yang Kau ciptakan sendiri. Lindungi aku. Jangan biarkan setan menang. Aku bersumpah kalau manusia yang menang, aku jamin dunia ini akan lebih indah. Orang tidak perlu mati sebelum masuk surga, sebab dunia bisa kami bikin jadi surga oleh rasa cinta yang pada dasarnya juga adalah karuniaMu kepada kami juga!”
Doa membawa ketenangan. Akhirnya aku pasrah. Cemas sudah membuatku berpikir. Dengan berpikir muncul ide-ide baru. Takut adalah bagian dari karunia untuk membuat peradaban manusia sempurna. Waktu itu kringgg, kringggg, tukang pos datang.  Ada surat untuk Anda, katanya sambil tersenyum sopan, silakan diterima. Aku mengurut dada lega, syukurlah, akhirnya tiba. Orang sabar kasihan Tuhan. Setelah membubuhkan tanda tangan tanda terima, lalu penasaran surat aku buka:
“Merdeka! Horas! Kawan sejati, Setan yang baik hati. Di mana pun kini Anda berada, aku menyampaikan salam hormat dan cinta. Mari akhiri permusuhan, bergotong-royong menggarap kesempatan demi masa depan mapan anak-cucu kita seratus keturunan. Selama kita saling dengki dan curiga-mencurigai, hasilnya akan kurang mamadai. Masa lalu yang tidak produktif harus diakhiri. Mulai detik ini, kita bahu-membahu, dalam satu barisan yang padu. Semua laba kita bagi rata. Kalau perlu kau sembilanpuluh persen, aku sisanya. Aku tunggu balasanmu secepatnya, Setan!”
Ya Tuhan ini kenapa jadi begini, aku bukan setan, aku bukan setan, aku bukan setannnnnn! Aku bukan setannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn   …….. kata Setan!






Jumat, 02 Desember 2011

Cerpen : "Guru" Karya Putu Wijaya



Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong.


"Kami dengar selentingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!" Taksu mengangguk.


"Betul Pak." Kami kaget.

"Gila, masak kamu mau jadi g-u-r-u?"


"Ya."

Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu nampak tenang tak bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya.


Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalam-dalam karena kecewa, lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blak-blakan.


"Taksu, dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di jalan kumuh di desa. Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka akan loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!"


"Tapi saya mau jadi guru."


"Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi, Taksu. Masak jadi guru? Itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!"


"Sudah saya pikir masak-masak." Saya terkejut.


"Pikirkan sekali lagi! Bapak kasi waktu satu bulan!" 


Taksu menggeleng. "Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru."


"Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!"


Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel sepanjang perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya.


"Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya saja sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!"


Saya diam saja. Istri saya memang aneh. Apa saja yang tidak disukainya, semua dianggapnya hasil perbuatan saya. Nasib suami memang rata-rata begitu. Di luar bisa galak melebihi macan, berhadapan dengan istri, hancur.


Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa krupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah lap top baru yang paling canggih, sebagai kejutan.


Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul. Ketika kami tanyakan bagaimana hasil perenungannya selama dua bulan, Taksu memberi jawaban yang sama.


"Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak," katanya sama sekali tanpa rasa berdosa.
Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak bisa lagi mengekang marahnya. Taksu disemprotnya habis.


"Taksu! Kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh puji-pujian orang-orang pada guru itu ya?!" damprat istri saya. "Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah menyebabkan orang jadi pinter? Apa kamu tidak baca di koran, banyak guru-guru yang brengsek dan bejat sekarang? Ah?"


Taksu tidak menjawab.


"Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau banting tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. Kamu tertipu Taksu! Puji-pujian itu dibuat supaya orang-orang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi guru. Padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlomba-lomba dikirim keluar negeri biar sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masak begitu saja kamu tidak nyahok?"


Taksu tetap tidak menjawab.


"Kamu kan bukan jenis orang yang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit, Taksu. Jangan kamu takut dituduh materialistis. Siapa bilang meterialistik itu jelek. Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu bisa hidup tanpa duit? Yang bener saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham?"


Taksu mengangguk.


"Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?"


Istri saya melotot tak percaya apa yang didengarnya. Akhirnya dia menyembur.


"Lap top-nya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, Taksu!"


Sebenarnya saya mau ikut bicara, tapi istri saya menarik saya pergi. Saya tidak mungkin membantah. Di jalan istri saya berbisik.


"Sudah waktunya membuat shock therapy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang, akal bulus! Yang dia kepingin bukan lap top tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa nasehat kita!"


Saya tidak setuju, saya punya pendapat lain. Tapi apa artinya bantahan seorang suami. Kalau adik istri saya atau kakaknya, atau bapak-ibunya yang membantah, mungkin akan diturutinya. Tapi kalau dari saya, jangan harap. Apa saja yang saya usulkan mesti dicurigainya ada pamrih kepentingan keluarga saya. Istri memang selalu mengukur suami, dari perasaannya sendiri.


Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak.


Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti.


"Bagaimana Taksu," kata saya sambil menunjukkan kunci mobil itu. "Ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi hadiah buat Bapak."


Taksu melihat kunci itu dengan dingin.


"Hadiah apa, Pak?"


Saya tersenyum.


"Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?"


Taksu memandang saya.


"Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali?"


Kunci mobil yang sudah ada di tangannya saya rebut kembali.


"Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. Kunci ini boleh kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mau jadi guru, sebab itu memalukan orang tua kamu. Kamu ini investasi untuk masa depan kami, Taksu, mengerti? Kamu kami sekolahkan supaya kamu meraih gelar, punya jabatan, dihormati orang, supaya kami juga ikut terhormat. Supaya kamu berguna kepada bangsa dan punya duit untuk merawat kami orang tuamu kalau kami sudah jompo nanti. Bercita-citalah yang bener. Mbok mau jadi presiden begitu! Masak guru! Gila! Kalau kamu jadi guru, paling banter setelah menikah kamu akan kembali menempel di rumah orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes. Itu namanya kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau anakku terpuruk seperti itu!"


Lalu saya letakkan kembali kunci itu di depan hidungnya. Taksu berpikir. Kemudian saya bersorak gegap gembira di dalam hati, karena ia memungut kunci itu lagi.


"Terima kasih, Pak. Bapak sudah memperhatikan saya. Dengan sesungguh-sungguhnya, saya hormat atas perhatian Bapak."


Sembari berkata itu, Taksu menarik tangan saya, lalu di atas telapak tangan saya ditaruhnya kembali kunci mobil itu.


"Saya ingin jadi guru. Maaf."


Kalau tidak menahan diri, pasti waktu itu juga Taksu saya tampar. Kebandelannya itu amat menjengkelkan. Pesawat penerimanya sudah rusak. Untunglah iman saya cukup baik. Saya tekan perasaan saya. Kunci kontak itu saya genggam dan masukkan ke kantung celana.


"Baik. Kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup saja sendirian. Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana penderitaan hidup ini. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan. Mudah-mudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak akan datang. Waktu itu pikiranmu sudah pasti akan berubah! Bangkit memang baru terjadi sesudah sempat hancur! Tapi tak apa."


Tanpa banyak basa-basi lagi, saya pergi. Saya benar-benar naik pitam. Saya kira Taksu pasti sudah dicocok hidungnya oleh seseorang. Tidak ada orang yang bisa melakukan itu, kecuali Mina, pacarnya. Anak guru itulah yang saya anggap sudah kurang ajar menjerumuskan anak saya supaya terkiblat pikirannya untuk menjadi guru. Sialan!


Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. Tapi terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama.


"Coba jawab untuk yang terakhir kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?"


"Mau jadi guru."


Saya tak mampu melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya.


"Tetapi kenapa? Kenapa? Apa informasi kami tidak cukup buat membuka mata dan pikiran kamu yang sudah dicekoki oleh perempuan anak guru kere itu? Kenapa kamu mau jadi guru, Taksu?!!!"


"Karena saya ingin jadi guru."


"Tidak! Kamu tidak boleh jadi guru!"


"Saya mau jadi guru."


"Aku bunuh kau, kalau kau masih saja tetap mau jadi guru."


Taksu menatap saya.


"Apa?"


"Kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!" teriak saya kalap. Taksu balas memandang saya tajam.


"Bapak tidak akan bisa membunuh saya."


"Tidak? Kenapa tidak?"


"Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yanag akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak."


Saya tercengang.


"O… jadi narkoba itu yang sudah menyebabkan kamu mau jadi guru?"


"Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru, sebab saya tidak mau mati." 


Saya bengong. Saya belum pernah dijawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup.


"Bangsat!" kata saya kelepasan. "Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi kamu, Taksu?"


Taksu memandang kepada saya tajam.


"Siapa Taksu?!"


Taksu menunjuk.


"Bapak sendiri, kan?"


Saya terkejut.


"Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! Kamu jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada guru-guru kamu yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sadar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel sampai kamu siap. Sebelum kamu siap, kamu harus menghormati mereka, sebab dengan menghormati mereka, baru ilmu itu bisa melekat. Tanpa ada ilmu kamu tidak akan bisa bersaing di zaman global ini. Tahu?"


Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lagi, saya seret nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelap.


"Tidak betul cinta itu buta!" bentak saya kalap. "Kalau cinta bener buta apa gunanya ada bikini," lanjut saya mengutip iklan yang saya sering papas di jalan. "Kalau kamu menjadi buta, itu namanya bukan cinta tetapi racun. Kamu sudah terkecoh, Taksu. Meskipun keluarga pacarmu itu guru, tidak berarti kamu harus mengidolakan guru sebagai profesi kamu. Buat apa? Justru kamu harus menyelamatkan keluarga guru itu dengan tidak perlu menjadi guru, sebab mereka tidak perlu hidup hancur berantakan gara-gara bangga menjadi guru. Apa artinya kebanggaan kalau hidup di dalam kenyataan lebih menghargai dasi, mobil, duit, dan pangkat? Punya duit, pangkat dan harta benda itu bukan dosa, mengapa harus dilihat sebagai dosa. Sebab itu semuanya hanya alat untuk bisa hidup lebih beradab. Kita bukan menyembahnya, tidak pernah ada ajaran yang menyuruh kamu menyembah materi. Kita hanya memanfaatkan materi itu untuk menambah hidup kita lebih manusiawi. Apa manusia tidak boleh berbahagia? Apa kalau menderita sebagai guru, baru manusia itu menjadi beradab? Itu salah kaprah! Ganti kepala kamu Taksu, sekarang juga! Ini!"


Saya gebrakkan kunci mobil BMW itu di depan matanya dengan sangat marah.


"Ini satu milyar tahu?!"


Sebelum dia sempat menjawab atau mengambil, kunci itu saya ambil kembali sambil siap-siap hendak pergi.


"Pulang sekarang dan minta maaf kepada ibu kamu, sebab kamu baru saja menghina kami! Tinggalkan perempuan itu. Nanti kalau kamu sudah sukses kamu akan dapat 7 kali perempuan yang lebih cantik dari si Mina dengan sangat gampang! Tidak perlu sampai menukar nalar kamu!"


Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada istri saya apa yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya melotot dan saya dibentak habis-habisan.


"Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu!" teriak istri saya kalap.


Saya bingung.


"Ayo kembali! Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil, kasih saja jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar mata duitan!"


Saya tambah bingung.


"Ayo cepet, nanti anak kamu kabur!"


Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya rontok. Taksu itu anak satu-satunya. Sebelas tahun kami menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sana-kemari, sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami pasrah tetapi tidak menyerah, akhirnya istri saya mengandung dan lahirlah Taksu. Anak yang sangat mahal, bagaimana mungkin saya akan biarkan dia kabur?


"Ayo cepat!" teriak sitri saya kalap.


Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. Tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kost itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil:


"Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru."
Tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu. Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti dari kunci BMW yang harganya semilyar dan sudah mengosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu, mencium bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau. Apakah sudah takdir dari anak dan orang tua itu bentrok? Mau tak mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah menyesatkan pikiran Taksu. Kembali saya memaki-maki guru yang sudah dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam kenyataannya banyak sekali guru yang brengsek.


Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik. Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang menyusul karena merasa cemas. Waktu ia mengetahui apa yang terjadi, dia langsung marah dan kemudian menangis. Akhirnya saya lagi yang menjadi sasaran. Untuk pertama kalinya saya berontak. Kalau tidak, istri saya akan seterusnya menjadikan saya bal-balan. Saya jawab semua tuduhan istri saya. Dia tercengang sebab untuk pertama kalinya saya membantah. Akhirnya di bekas kamar anak kami itu, kami bertengkar keras.


Tetapi itu 10 tahun yang lalu.


Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya di luar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara.


"Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos kerja," ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah pergurauan tinggi bergengsi.